Generasi milenial lahir di tengah derasnya arus informasi
dan perkembangan teknologi yang demikian pesat. Karena itu lah, cara ajar untuk
mendidik mereka pun harus dibedakan dan ada triknya.
"Mereka (genereasi milenial) tidak perlu lagi disuapi
dengan pelajaran teoritis. Mereka sudah pandai membaca dan punya wawasan yang
luas," ujar Dekan Binus ASO School of Engineering Ho Hwi Chie, Sabtu
(13/5/2017).
Wiwi, begitu ia biasa disapa menjelaskan bahwa satu hal yang
memudahkan adalah fakta bahwa milenial tak perlu lagi diperkenalkan dengan
teknologi. Mereka hanya perlu diarahkan agar ilmu yang sudah mereka miliki dari
hasil pencarian sendiri itu mampu diterapkan dalam dunia nyata. "Untuk
masa-masa saat mereka bekerja nantinya," lanjut Wiwi.
Sayangnya, milenial punya kebiasaan lain. Mereka cenderung
ingin mencapai sesuatu dengan cepat dan instan karena terbiasa dengan kemudahan
teknologi. Hal itu, kata Wiwi menjadi tantangan bagi pengajar, khususnya generasi
X. Pengajar harus sabar dan pandai berinteraksi dengan milenial. Di sisi lain,
mereka juga cenderung kritis bertanya.
"Anak milenial (bila) disuruh A akan bertanya, kenapa
mesti A? Kami harus punya penjelasan yang jelas dan konkret," kata Wiwi.
Pengajar harus banyak memberikan pengertian pada anak didik.
Biarkan mereka berpendapat dan bertanya sesuai dengan pengetahuanya. Bila ada
hal yang kurang tepat, Wiwi menganjurkan pengajar untuk membuka ruang diskusi.
"Milenial perlu diberi penjelasan dan dibimbing guna
menyadari (bila) mencapai sesuatu (itu) haruslah bersama-sama, tidak hanya
fokus untuk diri sendiri," kata dia. Keadaan itu, katanya lagi bukan hanya
berguna saat masa-masa belajar, melainkan juga untuk dunia kerja yang punya
tuntutan untuk bekerja sama dengan orang lain.
"Dosen sebaiknya bisa jadi pemicu. Misal saat mahasiswa
bertanya, (coba) tanya balik. Berikan sumber pencarian jawaban. Nanti mereka
(milenial) yang akan eksplor sendiri," ujarnya.
Dengan demikian, Wiwi berharap generasi milenial dapat
semakin bergairah saat belajar dan menghasilkan ide baru. Masa-masa belajar pun
harus jadi produktif. Salah satu yang bisa memicu hal itu adalah saat ada tugas
atau proyek dimana mereka dapat terlibat langsung dengan industri bersangkutan.
"Saat tugas dari bentuk teori diimplementasikan
langsung, bisa jadi cara untuk melatih kesabaran milenial. Ini menjadikan
mereka sadar kalau tidak (ada sesuatu yang) bisa dihasilkan dalam
sekejap," kata Wiwi (Sumber kompas.com)