![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3lCu9THfAvnWX9MS9URmcCgMCwCpqXvF0Ghy_Pyw1YOSstl0sPCayzOM64nKOcYEnHHHOov3dPjfpA6i39Wct0qU3FVVC5wDWmfb9EeSF33-QFX_WXVq-WSpD9VQBw7peX5QioSqLS6Sa/s320/nasa.jpg)
Gelombang
komunikasi radio salah satunya digunakan untuk komunikasi dengan kapal selam.
Jenis gelombang yang dipakai adalah berfrekuensi sangat rendah (VLF). VLF bisa
merentang hingga ketinggian atmosfer dan memengaruhi gerak partikel berenergi
tinggi yang aktif di area tersebut. Interaksi antara VLF dan partikel berenergi
tinggi mencipatakan halangan yang terlihat jelas oleh wahana antariksa.
Melihat kenyataan
bahwa VLF berasal dari teknologi buatan manusia, maka bisa dibilang lapisan
pelindung itu tercipta berkat peran serta manusia. Diwartakan The Atlantic,
Kamis (18/5/2017), lapisan pelindung itu ditemukan berkat penelitian soal sabuk
radiasi Van Allen, lapisan partikel berbentuk mirip donut yang secara alami
menyelimuti bumi.
Menurut ilmuwan,
lapisan pelindung yang tecipta berkat gelombang komunikasi radio berbatasan
dengan sabuk Van Allen. Menurut data satelit, bagian dalam sabuk Van Allen saat
ini berada lebih jauh dari tahun 1960. Itu menunjukkan, gelombang VLF mendorong
partikel di sabuk Van Allen lebih jauh. Jika manusia tak mengirim VLF sebanyak
saat ini, ilmuwan menduga lokasi sabuk Van Allen akan lebih dekat ke bumi.
Para peneliti NASA
percaya, lapisan yang tercipta berkat VLF akan menjadi peluncung tambahan dari
badai matahari yang dampaknya bisa mengganggu komunikasi radio dan membuat
listrik padam.
Di sisi lain,
temuan ini menunjukkan bahwa teknologi buatan manusia punya dampak lebih besar
dari yang diduga. Bukan cuma memengaruhi permukaan bumi tetapi juga antariksa (Sumber: kompas.com).